Jurnalistik?
Cita-cita saya yang ingin menjadi editor menyeruak lagi. Itu karena dalam pameran buku murah yang diadain di GOR Jombang tanggal 17 Agustus 2008 kemarin saya sempet ‘ketemu’ Mbak Windy dalam talk show ‘bengkel penulisan remaja’……… yah… Mbak Windy tersebut, editor di gagasmedia. Waduh… ngiler saya membayangkan bisa jadi editor.
Sejak kapan saya mulai ingin menjadi editor ya? Entahlah… yang pasti mungkin sejak cita-cita kecil saya yang ingin menjadi dokter telah kandas! Karena saya tahu, kalau mau jadi dokter tak sesederhana yang saya bayangkan waktu kecil dulu.
Kembali lagi ke Mbak Windy ya… orangnya cantik, tinggi, kurus, trus rambutnya pendek (mirip saya gitu! Tapi kalo dilihat oleh kakek-kakek yang penglihatannya udah abnormal lagi! ;P ), kalo ngomong ceplas-ceplos dan kelihatan banget kalo Mbak Windy udah ahli banget di dunia tulis menulis, jam terbang layak diperhitungkan! Wes…pokoknya mirip banget sama saya! (dari Hongkong kali ye…?)
Dalam acara itu saya berkesempatan tanya, yah… nggak penting banget kalo menurut saya, tapi sama Mbak Windy dijawab dengan baik banget loh!
Me : bagaimana saya bisa mengenali gaya penulisan saya, yang masih menjadi penulis pemula? Soalnya sampai sekarang saya masih sering ikut-ikutan gaya penulisan penulis lain. Misalnya, sehabis saya baca karya A, kecenderungan saya menulis dengan gaya bahasa seperti itu. Sehabis saya baca karya B, saya juga cenderung menulis dengan gaya yang sama, apakah saya salah?
Mbak Windy (MW) : pertama, yang perlu dihilangkan adalah konsep penulis pemula. Nggak ada namanya penulis pemula, penulis ahli, ato penulis kawakan. Kalo penulis ya penulis aja. Yang membedakan Cuma jam terbangnya aja. Kalo menurut saya, kecenderungan itu wajar bagi penulis yang punya jam terbang masih sedikit. Tapi yang nggak wajar itu kalo kamu nggak berkembang dan jadi plagiat… yang penting, dengan banyak latihan menulis kamu bisa menentukan gaya penulisan kamu itu seperti apa sich?
Me : apa sich Mbak, trik paling manjur agar tulisan kita bisa diminati editor dan media?
MW : nggak ada! Karena kuncinya kamu hanya mau menulis! Itu saja! Baik dan buruknya tulisan bisa dilihat kalo kamu selesai menulis.
Waduh… jawaban dari Mbak Windy telah membuka mata saya untuk menemukan jalan menuju dunia jurnalistik yang sebenernya, karena selama ini saya hanya menulis asal-asalan. Nggak pernah serius. Tapi mulai sekarang saya ‘tobat’ dari dunia penulisan yang asal-asalan. Thanks banget ya Mbak Windy!
Sejak kapan saya mulai ingin menjadi editor ya? Entahlah… yang pasti mungkin sejak cita-cita kecil saya yang ingin menjadi dokter telah kandas! Karena saya tahu, kalau mau jadi dokter tak sesederhana yang saya bayangkan waktu kecil dulu.
Kembali lagi ke Mbak Windy ya… orangnya cantik, tinggi, kurus, trus rambutnya pendek (mirip saya gitu! Tapi kalo dilihat oleh kakek-kakek yang penglihatannya udah abnormal lagi! ;P ), kalo ngomong ceplas-ceplos dan kelihatan banget kalo Mbak Windy udah ahli banget di dunia tulis menulis, jam terbang layak diperhitungkan! Wes…pokoknya mirip banget sama saya! (dari Hongkong kali ye…?)
Dalam acara itu saya berkesempatan tanya, yah… nggak penting banget kalo menurut saya, tapi sama Mbak Windy dijawab dengan baik banget loh!
Me : bagaimana saya bisa mengenali gaya penulisan saya, yang masih menjadi penulis pemula? Soalnya sampai sekarang saya masih sering ikut-ikutan gaya penulisan penulis lain. Misalnya, sehabis saya baca karya A, kecenderungan saya menulis dengan gaya bahasa seperti itu. Sehabis saya baca karya B, saya juga cenderung menulis dengan gaya yang sama, apakah saya salah?
Mbak Windy (MW) : pertama, yang perlu dihilangkan adalah konsep penulis pemula. Nggak ada namanya penulis pemula, penulis ahli, ato penulis kawakan. Kalo penulis ya penulis aja. Yang membedakan Cuma jam terbangnya aja. Kalo menurut saya, kecenderungan itu wajar bagi penulis yang punya jam terbang masih sedikit. Tapi yang nggak wajar itu kalo kamu nggak berkembang dan jadi plagiat… yang penting, dengan banyak latihan menulis kamu bisa menentukan gaya penulisan kamu itu seperti apa sich?
Me : apa sich Mbak, trik paling manjur agar tulisan kita bisa diminati editor dan media?
MW : nggak ada! Karena kuncinya kamu hanya mau menulis! Itu saja! Baik dan buruknya tulisan bisa dilihat kalo kamu selesai menulis.
Waduh… jawaban dari Mbak Windy telah membuka mata saya untuk menemukan jalan menuju dunia jurnalistik yang sebenernya, karena selama ini saya hanya menulis asal-asalan. Nggak pernah serius. Tapi mulai sekarang saya ‘tobat’ dari dunia penulisan yang asal-asalan. Thanks banget ya Mbak Windy!
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home