PELanGi CinTa dari Sang MaLam

PeremPuan biasa yang inGin menjadi Luar Biasa

Thursday, July 31, 2008

Ryan....PEnjaGaL dari JombanG....!!!

Kalimat yang mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita, karena lebih dari sepekan ini kita hanya disuguhi dengan pemberitaan mengenai Ryan. Ryan seorang pembunuh berdarah dingin, cuplikan dari kalimat yang dilontarkan oleh seorang reporter televisi swasta nasional.

Awalnya, saya hanya memperlakukan berita itu seperti berita-berita pada umumnya. Tak ada yang istimewa! Karena awalnya saya hanya tahu, kalau Ryan hanya memutilasi satu korbannya, kemudian dibuang di tempat yang terpisah. Dan kebetulan Ryan berasal dari Jombang, kota kelahiran sekaligus tempat hidup saya. Sehingga saya mau tidak mau menonton itu. Namun, setelah melihat perkembangan yang lebih lanjut, saya mau tak mau juga harus kaget dengan pemberitaan yang menyatakan bahwa Ryan membunuh empat korban dan menguburnya di belakang rumah, saat itu bulu kuduk saya berdiri, membayangkan jika saya menjadi tetangga dekat Ryan, tapi Alhamdulillah, itu takkan pernah terjadi. Sedikit demi sedikit, saya mulai mengikuti perkembangan kasus Ryan, dan Masyaallah ternyata masih ada enam korban Ryan yang baru saja ditemukan. Mungkin sejak saat ditemukan sejumlah sepuluh orang di rumah Ryan, pemberitaan mulai ramai dan berita ini menjadi sangat booming!

Saat – saat pertama saya mengetahui jika Ryan sudah menghilangkan nyawa sebanyak sebelas jiwa, saya marah bahkan sempat mengumpat Ryan sebagai orang Sarap (dalam bahasa Indonesia artinya gila yang berlebihan). Tapi sebagai seorang pelajar, saya tak bisa banyak berbuat apa-apa…ya mungkin hanya bisa mendoakan sang korban agar nyawanya bisa diterima di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Amien…

Setelah saya pikir-pikir tentang umpatan-umpatan saya kepada Ryan, saya jadi malu sendiri. Saya berpikir “Mengapa saya harus mengumpat?” dan “Mengapa saya harus membenci?” padahal Allah saja sangat membuka pintu taubat jika setelah ini Ryan mau memohon ampun pada-Nya. Ya…sekarang saya hanya berpikir pasti ada hikmah yang ingin Allah berikan pada kita semua!

Ngomong-ngomong mengenai hikmah, saya jadi teringat dengan berita yang menyatakan jika lokasi ditemukannya mayat-mayat korban pembunuhan Ryan sekarang ramai dikunjungi penduduk sekitar bahkan dari luar daerah. Saya juga sempat geli mendengarnya, sepertinya kegiatan menjadikan tempat wisata baru untuk suatu tempat yang terjadi bencana sudah menjadi kultur yang sudah mendarah daging dalam masyarakat Indonesia (mungkin termasuk saya sendiri…he…he…he…). Tapi sebagai orang Indonesia, mestinya kita harus bangga menjadi masyarakat yang selalu peduli untuk ‘melihat’ tanpa harus peduli untuk bertindak. Ah…sudahlah…! Menurut berita yang saya baca dan saya dengar (karena saya belum membuktikan sendiri ke sana! Takut nggak bisa tidur malamnya) di sekitar lokasi rumah Ryan atau lokasi penemuan mayat-mayat itu, setiap hari berdatangan ‘penonton’ untuk melihat secara langsung kubangan yang digali Ryan untuk dijadikan kuburan. Secara tidak langsung, kegiatan ini bisa menambah perekonomian penduduk setempat. Sebagai contohnya saja, tarif parkir sepeda motor di lokasi Ryan sekarang berharga Rp 3.000,00 per sepeda motor padahal tarif normalnya hanya Rp 1.000,00 bahkan ada yang masih menarif Rp 5.00,00. Sungguh mencengangkan, peristiwa ini mampu menyedot ‘wisatawan’ lebih banyak daripada tempat yang disengaja disediakan untuk para wisatawan.

Kenaikan pendapatan juga dirasakan oleh penjual makanan dan minuman yang biasanya hanya menunggu pembeli sambil terkantuk-kantuk tapi kini harus melayani pembeli sampai terkantuk-kantuk. Namun, ada satu hal yang sangat unik yang saya ketahui sudah ada di lokasi penemuan mayat korban Ryan, yaitu kereta mini dan kuda-kudaan yang dikhususkan untuk pengunjung cilik yang terpaksa ikut orangtuanya agar tidak merasa bosan karena mungkin mereka belum mengerti apa-apa tentang semua ini. Dengan melihat ini saya jadi berpikir untuk mendirikan gardu untuk penjualan tiket masuk (he…he…he… Ah…saya sampai tertawa sendiri melihat fenomena yang sangat luar biasa ini!)

Satu hal lagi yang mungkin bisa juga disebut hikmah bagi warga Jombang, yaitu kota Jombang yang dikenal sebagai kota santri tapi tak juga-juga terkenal di mata nasional, tapi kini sudah ‘populer’ di mana-mana atau bahkan mungkin terkenal di dunia sebagai ‘Jombang kota Jagal’… tak apalah, saya sebagi warga Jombang asli kayaknya juga ikut terbawa arus, karena jika saya chatting atau ngobrol dengan teman luar daerah pasti mereka akan berkomentar “Owh…Jombang yang kasus mutilasi itu ya?” atau “Owh…tetangganya Ryan ya?” atau yang lebih parahnya “Owh…Jombang kota santri itu? Tapi ada penjagal manusianya ya?” menanggapi komentar-komentar itu saya hanya tersenyum dengan penuh arti, tak tahulah arti apa yang ingin saya berikan pada mereka. Atau bahkan ada pertanyaan lucu yang dilontarkan oleh Saudara teman saya… “Ehm…sekarang Jombang punya tempat wisata baru ya?” Saudara teman saya itu bertanya dengan nada serius, kemudian teman saya agaknya juga terbawa nada seriusnya. “Wisata baru? Apaan?” teman saya secara otomatis juga kebingungan dan memelototkan matanya tanda tak mengerti, tapi Saudara teman saya tersebut menjawab dengan entengnya “Tempat Wisata Baru Ryan!” mendengar hal itu, teman saya hanya terkekeh begitu juga dengan saya yang mendengarnya.

Saya jadi berpikir hukuman yang paling pantas dan selevel dengan Ryan apa ya? Kalau saya mikir ya hukum Qishosh, sesuai dengan yang tercantum dalam al-Quran, pembunuh juga harus dibunuh kecuali jika semua keluarga dari keluarga korban-korban Ryan memaafkan Ryan. Mungkinkah? Jawabannya hanya bisa dijawab sesuai dengan pikiran dan pendapat masing-masing orang.

Namun, saya hanya ingin mengupas pendapat-pendapat lucu atau nyleneh dari orang-orang yang berada di sekitar saya. Saya ingin mengulas sedikit tentang pendapat Ayah kandung saya mengenai hukuman yang pantas bagi Ryan, jika ayah saya menginginkan Ryan diletakkan di pinggir jalan dan sebelah Ryan disediakan sebilah silet serta jeruk nipis. Sehingga, setiap orang yang lewat jalan tersebut diperbolehkan bahkan dianjurkan untuk menyilet sebagian tubuh Ryan kemudian luka siletan ditetesi dengan air jeruk nipis, dengan begitu dia akan mati perlahan dan dendam keluarga korban bisa terbayarkan karena Ryan mati seusai penganiayaan yang juga sempat dilakukan Ryan pada korban-korbannya. Saya terpingkal mendengar pendapat ayah saya, itu ide yang konyol menurut saya. Karena meskipun kita membalas dendam pada orang yang bersalah, tapi penganiayaan tersebut tetap akan mendapat balasannya, tentu saja akan kembali pada kita sendiri.

Ah…ini ide yang menurut saya lebih gila lagi, teman saya nyletuk kalau pembalasan bagi Ryan itu patutnya dikubur hidup-hidup. Menurutnya, biar dia lebih bisa merasakan detik-detik menjelang meninggal. Ah…ini juga saya tak setuju karena islam tak mengenal penganiayaan. Ya…kalau menurut saya, patutnya Ryan menjalani hukum Qishosh yang sesuai dengan tuntunan agama kita yakni Islam.

Ehm…saya hanya bisa berdoa, karena saya hanya sebagai pelajar yang masih belum memiliki kekuasaan apa-apa untuk menentukan apa yang harus dilakukan pada Ryan, namun saya punya keinginan besar untuk mengubah kebiasaan peduli ‘melihat’ bencana menjadi peduli ‘bertindak’ bencana. Semua itu, takkan pernah mungkin terwujud jika saya tak memulainya dari diri sendiri, dari hal yang kecil dan tentu saja dari sekarang. Semoga dengan membaca artikel saya ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amien…. Ya….robbal Alamin…**