PELanGi CinTa dari Sang MaLam

PeremPuan biasa yang inGin menjadi Luar Biasa

Monday, August 18, 2008

puisi dari Rabiah

1
YA ALLAH, apa pun yang akan Engkau
Karuniakan kepadaku
Di dunia ini, berikanlah kepada
Musuh-musuh-Mu,
Dan apapun yang akan Engkau karuniakan
Kepadaku
Di akhirat nanti, berikanlah kepada
Sahabat-sahabat-Mu,
Karena Engkau sendiri cukuplah bagiku.



2
Aku mengabdi kepada Tuhan
Bukan karena takut neraka …
Bukan pula karena mengharap masuk surga…
Tetapi aku mengabdi karena cintaku pada-Nya
Ya Allah jika aku menyembah-Mu
Karena takut kepada neraka, bakarlah aku di dalamnya,
Dan jika aku menyembah-Mu
Karena mengharapkan surga, campakkanlah aku
Dari dalam surga,
Tetapi jika aku menyembah-Mu
Demi Engkau semata, janganlah Engkau enggan
Memperlihatkan keindahan wajah-Mu
Yang abadi kepadaku.



3
Ya Allah, semua jerih payahku
Dan semua hasratku di antara segala
Kesenangan-kesenangan
Dunia ini adalah untuk mengingat Engkau
Dan di akhirat nanti,
Di antara segala kesenangan
Akhirat adalah untuk berjumpa dengan-Mu
Begitulah halnya dengan diriku,
Seperti yang telah Kau katakan,
Kini perbuatlah seperti yang Engkau kehendaki.




4
Tuhanku, tenggelamkan aku dalam cinta-Mu
Hingga tak ada sesuatu pun menggangguku
Dalam jumpa-Mu
Tuhanku, bintang-gemintang berkelap-kelip
Manusia terlena dalam buai tidur lelap
Pintu-pintu istana pun telah rapat tertutup
Tuhanku, demikian malampun berlalu
Dan inilah siang datang menjelang
Aku menjadi resah gelisah
Apakah persembahan malamku Kau terima
Hingga aku berhak mereguk bahagia
Ataukah itu Kau tolak,hingga aku dihimpit duka
Demi kemahakuasaan-Mu
Inilah yang akan selalu kulakukan
Selama Kau beri aku kehidupan
Demi kemanusiaan-Mu,
Andai Kau usir aku dari pintu-Mu
Aku tak akan pergi berlalu
Karena cintaku pada-Mu sepenuh kalbu.



5
Hatiku tentram dan damai jika aku diam
Sendiri
Ketika kekasih bersamaku
Cinta-Nya padaku tak pernah terbagi
Dan dengan benda yang fana selalu mengujiku
Kapan dapat kurenungi keindahan-Nya
Dia akan menjadi mihrabku
Dan rahasia-Nya menjadi kiblatku
Bila aku mati karena cinta, sebelum terpuaskan
Akan tersiksa dan lukalah aku di dunia ini
O, penawar jiwaku,
Hatiku adalah santapan yang tersaji bagi
Mau-Mu
Barulah jiwaku pulih jika telah bersatu
Dengan-Mu
O, sukacita dan nyawaku, semoga kekallah
Jiwaku, Kaulah sumber hidupku
Dan dari-Mu jua semangatku berasal
Dari semua benda fana di dunia ini
Dariku telah tercerai
Hasratku adalah bersatu dengan-Mu
Melabuhkan rindu

Hatiku gerimis saat membaca bait pertama dan begitu juga seterusnya, buliran-buliran lembut tak lagi bisa bertahan di tahtanya saat aku mulai membaca, merasakan, dan tentu saja sangat menikmatinya. Otakku pilu dan membeku saat mataku menyapu baris demi baris goresan hati tersebut. Tulisan tersebut tak sekedar puisi, tapi itu suatu ungkapan kejujuran dari hati seorang wanita yang suci, Rabi’ah binti Ismail Al Adawiyah, tokoh sufi wanita yang sangat terkenal dengan kesuciannya.
Begitu malunya hati dan ragaku saat mengetahui betapa kecilnya diriku ini, betapa hina dan nistanya diriku dan betapa tidak ada apa-apanya kekuasaanku selama ini jika dibandingkan dengan semua kuasa Allah. Air mataku tak henti menetes ketika aku berpikir tentang semua kekacauan yang telah aku perbuat selama ini. Aku hanya bersujud pada-Nya ketika aku dalam kesulitan dan himpitan DUNIA… aku berdoa pada-Nya karena aku tak ingin mencicipi kejamnya api neraka dan selalu ingin bertengger abadi dalam surga. Aku mengabdi pada-Nya ketika ada orang lain di sampingku… dan aku pikir semua itu sia-sia!! Tak pernah aku tulus ikhlas mengetukkan dahiku di tanah hanya karena Allah semata, hanya untuk mengharapkan Ridho dan karena Cintaku pada-Nya. Maafkan aku Ya…Allah…

Kuliah di mana?

Akhir-akhir ini pertanyaan itu yang selalu menganggu pikiran saya. Gimana nggak, sekarang ini saya udah kelas XII, tinggal menunggu bulan untuk memilih universitas. Tapi saya bingung mau kuliah dimana terlebih prodi apa yang ingin saya ambil. Eits… jangan dikira saya tak punya cita-cita… saya punya seabrek cita-cita yang ingin saya wujudkan. Namun, yang menjadi masalah bagi saya adalah cita-cita saya ini tak sejalan dengan keinginan orang tua saya (wajar kan?). orang tua saya, terlebih ayah menghendaki saya kuliah mengambil prodi yang berbau-bau MIPA. Aduh… pusing saya! Saya nggak suka! Meskipun kali ini saya di SMA mengambil jurusan IPA, tapi hati dan pikiran saya bukan di sini. Saya selalu berhayal dengan dunia saya sendiri. Tentu saja, dunia perjunalistikan… tapi kalo menurut ayah saya, kuliah di MIPA peluang kerjanya terbuka lebar!! Uh…. Bagi saya jurnalistik lebih lebar membuka sayap peluang kerjanya. Sekian lama, saya terikat dengan perasaan saya sendiri… tak tahu harus jawab apa ketika orang lain tanya ‘mau kuliah di mana?’ .senyum. hanya itu yang bisa saya berikan. Karena saya bener-bener tak suka dengan MIPA. Entahlah mungkin kali ini saya terdampar di lautan menyebalkan yang berjenis MIPA. Tapi mama saya lebih bisa mengerti saya, beliau sangat tahu apa yang sebenernya saya inginkan dan sukai. Saya ingin bekerja di perjunalistikan! Karena saya suka itu! Setiap kali ingat percakapan saya dengan ayah saya mengenai kuliah, saya selalu ingin menangis. Ingin berteriak sekeras-kerasnya untuk bisa berkata ‘saya ingin masuk jurusan jurnalistik!’ namun saya tak mampu, tak mampu mengecewakan ayah saya, karena cita-cita ayah saya bertumpu pada saya.
Menghadapi situasi seperti ini, tiap malam saya bersujud di hadapan-Nya. Memohon agar cita-cita saya menjadi seorang editor dan sejenisnya bisa terkabulkan. Mungkin itu masih lama, namun jika saya tak diizinkan untuk masuk pada jurusan jurnalistik, mungkinkah cita-cita saya itu terkabul? Kemungkinan besar tidak. Saya selalu berdoa di tiap salam dalam Sholat saya, saat saya sedang sendiri, dan saat saya menulis.
Entahlah…angin apa yang telah berhembus, kemarin setelah saya, mama saya, ayah saya, dan adik saya pulang dari melihat ‘talk show’ nya Mbak Windy, tiba-tiba saja ayah saya bilang ‘kamu boleh masuk jurusan jurnalistik, kalo memang kamu suka itu!’ antara kaget, tak percaya, senang, bercampur aduk menjadi satu. Air mata saya menetes tak tertahankan. Terharu. Terima kasih Ya…Allah…!!! :’’D

Jurnalistik?

Cita-cita saya yang ingin menjadi editor menyeruak lagi. Itu karena dalam pameran buku murah yang diadain di GOR Jombang tanggal 17 Agustus 2008 kemarin saya sempet ‘ketemu’ Mbak Windy dalam talk show ‘bengkel penulisan remaja’……… yah… Mbak Windy tersebut, editor di gagasmedia. Waduh… ngiler saya membayangkan bisa jadi editor.
Sejak kapan saya mulai ingin menjadi editor ya? Entahlah… yang pasti mungkin sejak cita-cita kecil saya yang ingin menjadi dokter telah kandas! Karena saya tahu, kalau mau jadi dokter tak sesederhana yang saya bayangkan waktu kecil dulu.
Kembali lagi ke Mbak Windy ya… orangnya cantik, tinggi, kurus, trus rambutnya pendek (mirip saya gitu! Tapi kalo dilihat oleh kakek-kakek yang penglihatannya udah abnormal lagi! ;P ), kalo ngomong ceplas-ceplos dan kelihatan banget kalo Mbak Windy udah ahli banget di dunia tulis menulis, jam terbang layak diperhitungkan! Wes…pokoknya mirip banget sama saya! (dari Hongkong kali ye…?)
Dalam acara itu saya berkesempatan tanya, yah… nggak penting banget kalo menurut saya, tapi sama Mbak Windy dijawab dengan baik banget loh!

Me : bagaimana saya bisa mengenali gaya penulisan saya, yang masih menjadi penulis pemula? Soalnya sampai sekarang saya masih sering ikut-ikutan gaya penulisan penulis lain. Misalnya, sehabis saya baca karya A, kecenderungan saya menulis dengan gaya bahasa seperti itu. Sehabis saya baca karya B, saya juga cenderung menulis dengan gaya yang sama, apakah saya salah?
Mbak Windy (MW) : pertama, yang perlu dihilangkan adalah konsep penulis pemula. Nggak ada namanya penulis pemula, penulis ahli, ato penulis kawakan. Kalo penulis ya penulis aja. Yang membedakan Cuma jam terbangnya aja. Kalo menurut saya, kecenderungan itu wajar bagi penulis yang punya jam terbang masih sedikit. Tapi yang nggak wajar itu kalo kamu nggak berkembang dan jadi plagiat… yang penting, dengan banyak latihan menulis kamu bisa menentukan gaya penulisan kamu itu seperti apa sich?
Me : apa sich Mbak, trik paling manjur agar tulisan kita bisa diminati editor dan media?
MW : nggak ada! Karena kuncinya kamu hanya mau menulis! Itu saja! Baik dan buruknya tulisan bisa dilihat kalo kamu selesai menulis.
Waduh… jawaban dari Mbak Windy telah membuka mata saya untuk menemukan jalan menuju dunia jurnalistik yang sebenernya, karena selama ini saya hanya menulis asal-asalan. Nggak pernah serius. Tapi mulai sekarang saya ‘tobat’ dari dunia penulisan yang asal-asalan. Thanks banget ya Mbak Windy! 

Inget Bu Am (Bu Sita)

Yupz… Bu Siti Aminah, atau biasanya dipanggil Bu Am ato yang udah kenal baik akan memanggil dengan sebutan Bu Sita (singkatan dari Siti Aminah). Beliau adalah guru Bahasa Indonesia saya. Tak ada yang bisa mengalahkan gurauan beliau. Selain segar juga penuh dengan ilmu. Ada satu kejadian yang ini mungkin saya anggap “sesuai dengan amal perbuatan” (kalimat yang selalu diucapkan beliau, untuk menasehati kami).
Ketika les bimbel, beliau menjelaskan mengenai imbuhan (me-) yah…ada kata yang pastinya luluh kalo udah mendapat imbuhan ini, kata yang diawali konsonan k-p-t-dan s, sajalah yang luluh. Selebihnya nggak!! Dari penjelasan ini saya jadi teringat masa try out SMP. Jaman doeloe, ada soal begini (mudah2an masih inget ya?)
1. Ibu saya mengketik tugas-tugasnya.
2. Tim Independen itu mensurvei daerah yang terkena banjir.
3. Mereka mencat dinding yang udah kusam.
4. Raya memakai baju berwarna menyolok.
Kalimat manakah yang benar?

Waduh…waktu itu saya bingung, soalnya kalo menurut feeling saya kesemuanya nggak ada yang bener. Tapi namanya juga try out harus dijawab! Akhirnya setelah menimbang, mengingat dan memutuskan saya memilih jawaban 4…. Karena kata ‘menyolok’ sering saya dengar!
Setelah beberapa hari, hasil try out dibagikan… wah…saya kaget! Ternyata jawaban saya SALAH!!! Aduh…saya bingung, kalo jawaban saya salah, yang bener yang mana donk? Setelah mama saya tanya sana-sini mengenai soal tersebut (nanyanya nggak nanggung2 loh!! Langsung kepada si pembuat soal!) eh…malah jawaban yang bener itu 2! ‘loh kok bisa?’ otomatis saya langsung tanya gitu… ternyata alasannya karena kata ‘survei’ itu berasal dari bahasa asing, sehingga tidak mengalami peluluhan meskipun konsonan depannya ‘s’ trus mendapat imbuhan (me-) tetep aja nggak luluh! Waktu itu saya Cuma manggut-manggut doank! Baru tahu soalnya! ;->
Nah…. Bermodal kesalahan saya di try out SMP, permasalahan ini saya tanyakan ke Bu Am. Teret….!!! Ternyata jawaban Bu Am, sungguh di luar perkiraan saya. Beliau menjawab ‘ya… kata itu kan sudah diadaptasi dalam Bahasa Indonesia, sehingga ketentuan k-p-t-s tetep berlaku, sehingga nggak ada kata mensurvei yang ada menyurvei.
Dasar emang saya tukang ngeyel, saya tetep ngotot! Beliau tahu saya ngotot trus saya diutus ambil KBBI di perpustakaan, eh… perpusnya udah tutup (waktu itu bimbel sore) ya udah… akhirnya jalan terakhir beliau ngajak saya taruhan Rp 5.000,00….. jadi kapan-kapan bisa dilihat di KBBI… saya setuju!! Deal….!!!
Beberapa hari kemudian………..
Eh… ketemu Bu Am lagi, beliau langsung aja bilang ‘Hah… kamu kalah!! Yang bener menyurvei bukan mensurvei!’ saya hanya bisa menahan tawa melihat ekspresi Bu Am waktu itu. Ketawa soalnya siap-siap kehilangan uang Rp 5.000,00, untuk dimasukkan kas. Secara di kelas saya termasuk anak yang males banget kalo disuruh bayar kas kelas. He…he…he… ;-D
Oh…ya… kata-kata yang berasal dari luar negeri yang dipakai di Indonesia seperti berikut ini:
• Adopsi : kata yang langsung diserap tanpa mengubah bentuk aslinya. Contoh : plaza, mall, pizza, dsb.
• Adaptasi : kata yang diserap dengan mengubah bentuk aslinya untuk disesuaikan dengan Bahasa Indonesia. Contoh : survey menjadi survei, accessory menjadi aksesori, systeem menjadi sistem, dsb.
• Terjemahan : kata yang berasal dari kata asing lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Contoh : try out (uji coba)
• Kreasi : hampir mirip dengan terjemahan, namun hanya satu kata diterjemahkan dua kata. Contoh : cheerleaders (pemandu sorak)

Yah… mudah-mudahan bisa bermanfaat informasi yang saya berikan ini.

Ma-ap ye…!!!

Pertama Cuma mau minta maap karena kekeliruan saya menggunakan bahasa Indonesia! He…he…
Sebagai anak dari seorang guru Bahasa Indonesia, saya diprotes mama saya mengenai tulisan saya yang berjudul ‘Ryan Penjagal dari Jombang’… gak Cuma mama saya aja yang protes, temen sekelas saya yang juga penggila blog, tanya ke saya “emang ada kata ‘penjagal’ di KBBI?” waduh…saya bingung? Soalnya waktu itu nggak lagi bawa KBBI… yah…saya janjikan nanti setelah pulang dari warnet saya akan jawab pertanyaan itu. Awalnya sih saya asal nulis aja, nah biasanya dalam bahasa Indonesia, kalo kata yang menunjukkan orang kan selalu ditambah imbuhan pe- ato pen- di awal kata. Misalnya, ‘menulis’ nah kalo diubah maknanya jadi ‘orang yang….’ Kan pastinya jadi ‘penulis’… konsep itulah yang saya pakai di judul tulisan nggak penting tersebut. ;p
Yang perlu dilurusin adalah kata ‘penjagal’… ya…setelah saya amati dan membolak-balik KBBI ternyata dari halaman pertama sampai halaman terkahir (ce ileh…lebay banget seeh?) nggak maksud saya, ya…halaman yang ada kata ‘jagal’ itu doank yang saya bolak-balik ternyata nggak pernah ada kata ‘penjagal’ yang ada Cuma……………………:

 Jagal : 1. orang yang bertugas menyembelih (memotong) binatang ternak (seperti lembu, kambing, kerbau) di rumah pemotongan hewan; 2. orang yang berusaha di bidang pemotongan hewan atau sebagai agen penjual daging hewan;
 Menjagal : 1. menjadi jagal; 2. membantai; memotong ternak (lembu dsb); 3. membunuh (manusia) secara kejam (dengan dipotong-potong dan sebagainya);
 Pejagalan : rumah jagal; penjagalan
 Penjagalan : 1. proses, perbuatan, cara memotong ternak; pembantaian; pemotong hewan; 2. tempat menyembelih ternak (seperti lembu, kambing, kerbau)

He….he….he… maap ye…bagi semuanya yang udah baca tulisan nggak penting saya itu. Kita sama-sama belajar! ‘-‘ V
Makasih buat Arinee-online.blogspot.com yang udah tanya ke saya, kalo nggak gitu, saya nggak pernah akan tahu kalo ‘penjagal’ itu kata yang terlalu berlebihan, thanks banget ye…